Chaebol Mommy (ibu Boem Jo) memutuskan untuk membantu In Ha dan Beom Jo. Chaebol Mommy berusaha mencari berita dengan menyogok para polisi. Ia kembali ke kantor polisi dengan kopi mahal dan makanan ringan di tangan. Sangat lucu melihatnya hilir mudik di kantor polisi mengenakan mantel bulu leopard dan topi bulu meraknya, “nah MENGAPA Anda tidak memiliki insiden untuk dilaporkan?”
Chaebol Mommy mendapat sesuatu untuk laporan per jam In Ha. Kemudian Beom Jo menyuruh In Ha kembali dan tidur sementara ia dan Mommy yang akan mengerjakan laporan berita itu. In Ha protes tapi dia terlalu sakit untuk banyak bergerak, dan kembali ke kantor polisi.
In Ha menemukan Dal Po tidur (dengan Yoo Rae meringkuk di dekat Dal Po). Tidak ada tempat untuk berbaring di ruangan. In Ha menuju ke kamar kecil di mana ia mengangkat dudukan toilet dan memeluknya untuk menghangatkan tubuhnya.
Dal Po bangun dan menemukan In Ha tidur di toilet. Dia memaksa In Ha harus pergi ke rumah sakit. Tapi In Ha terus menolak, dan akhirnya berteriak, “tidak! demam ini benar-benar parah! Jika kau tertular, kau akan menderita!” Awwww, jadi In Ha menghindari Dal Po selama ini agar ia tidak demam juga?
Dal Po berteriak padanya karena begitu bodoh dan keras kepala, dan membawa dia keluar. Di rumah sakit, dokter mengatakan In Ha kena penyakit ruam saraf dan dia pasti merasa sangat sakit. Tapi In Ha lebih khawatir tentang apakah penyakit itu menular atau tidak dan apakah Dal Po akan sakit juga.
Saat In Ha tertidur, dia mencengkram ujung mantel Dal Po dan bergumam bahwa dia memiliki banyak hal untuk dikatakan. Dia sering bangun untuk memastikan Dal Po masih di sisinya dan selalu bergumam hal yang sama bahwa ada banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada Dal Po. Dal PO hanya memegang tangan In Ha sepanjang malam, dan berjanji untuk mendengarkan apa yang dia katakan setelah dia dapat istirahat.
Dal Po jatuh tertidur di sisi In Ha dengan masih memegang tangannya. Ketika In Ha bangun, dia memarahi tangannya karena dianggap berkhianat. Tapi ketika ia melihat Dal Po tidur di sana, dia tidak bisa menolak perasaannya. In Ha berbaring untuk menatap Dal Po yang sedang tidur. Tidak seperti Dal Po yang menarik diri, menahan tangannya dari menyentuh In Ha, In Ha mencium jari-jarinya sendiri dan kemudian dengan lembut menyentuh rambut Dal Po.
Tentu saja itu adalah saat yang tepat ketika Dal Po membuka matanya. In Ha sangat panik hingga dia jatuh dari tempat tidur. Dia begitu malu dan berjalan keluar dari sana tanpa jaket atau sepatu. Semua dokter memandangnya seperti dia adalah orang gila. Dal Po mengejar In Ha membawa sepatunya.
Di luar, In Ha bilang dia memiliki banyak hal untuk dikatakan kepadaDal Po , dan akhirnya dia menyampaikan pidato ‘sudah kubilang’. Dimulai dengan bagaimana Dal Po meremehkan dia karena menjadi Pinocchio tapi justru In Ha dapat berita yang benar dan Dal Po salah. Dal Po hanya minta maaf dan setuju bahwa ia salah. In Ha tergagap dan mengatakan ada lebih banyak hal yang akan dia sampaikan.
In Ha bilang dia mengingat setiap kata-kata kasar Dal Po dalam debat itu, dan ganti menyebut Dal Po yang tidak cocok menjadi reporter. Sekali lagi, Dal Po menyetujuinya. In Ha mengatakan bahwa dia benar-benar puas melihat Dal Po hancur, tapi kemudian dia langsung cegukan. Dal Po mengatakan In Ha sedang berbohong.
In Ha mengecilkan suaranya saat ia mengatakan bahwa ia benci untuk mengakuinya, tapi bukannya bahagia dengan kehancuran Dal Po, dia mengkhawatirkan Dal Po. Dal PO membungkukkan badan, membersihkan kaki In Ha, dan memakaikan sepatunya. In Ha mengatakan bahwa dia khawatir karena dia tidak bisa melihat Dal Po, dan tahu bahwa Dal PO menyalahkan dirinya sendiri. In Ha menyebut dirinya sendiri sebagai seorang amatir karena khawatir dengan wartawan yang jadi saingannya.
In Ha membalikkan badan, membelakangi Dal Po dan mencerca dirinya sendiri karena tidak mampu menghilangkan perasaan sukanya kepada Dal Po. Dal Po mengulurkan tangan hendak menyentuh In Ha, tapi dia tarik kembali. In Ha mengatakan kepadanya untuk melupakan pengakuan ini juga. In Ha bilang dia menyesal karena selalu mengaku dan mengatakan kepada Dal Po untuk berpura-pura tidak mendengar dan mengira Dal Po pasti melihatnya sebagai orang yang menyedihkan.
In Ha mengatakan bahwa dia pasti kehilangan akalnya karena sangat dingin. Tiba-tiba Dal Po memeluk In Ha dari belakang(backhug). Omo. Dia mengatakan dingin telah membuatnya kehilangan akal sehatnya juga. In Ha hanya berdiri di sana, terkejut karena Dal Po memeluknya.
Hyung dengan berani pergi ke MSC, dan tidak sengaja bertemu pemimpin tim In Ha, Il Joo yang berjalan keluar untuk laporan. Hyung bertanya tentang wartawan di spanduk besar, yang berdiri di samping Cha Ok. Il Joo mengatakan kepadanya bahwa mereka ibu dan anak. Oh tidak. Hyung, jangan melakukan sesuatu yang buruk ke In Ha!
Setelah sembuh total, In Ha kembali ke kantor polisi dengan semangat baru, dan Yoo Rae dengan iri mengendus rambutnya, “kau pasti mencucinya, bukan? Dengan sampo atau apapun?!” Lol. In Ha siap untuk meliput apapun karna dia merasa lebih baik, tapi kehadiran Dal Po membuat dia segera merunduk mencari perlindungan dan menyelinap pergi sehingga tidak harus menghadapi Dal Po.
Ketika mereka sendirian, Boem Jo bertanya kepada Dal Po apakah dia masih mengejar In Ha. Dia mengatakan bahwa orang lain kadang-kadang bertanya apakah Dal Po benar-benar paman In Ha karena sepertinya Dal Po menyukainya sebagai seorang wanita. Dal Po tidak gentar saat ia menjawab blak-blakan, “masalah jika aku memang begitu?” Beom Jo berdiri di sana dengan mulut menganga.
Dal Po menunjukkan wajah imut terbaiknya ketika menghadap Chan Soo, berharap beberapa info baru terkait kebakaran kontainer. Akhirnya Chan Soo menyerah dan mengakui bahwa ada beberapa hal yang masih mengganggunya tentang kasus ini, meskipun bosnya mengatakan kepadanya untuk berhenti membuang-buang waktu. Dia mengatakan ada beberapa petunjuk yang belum ditindaklanjuti. Dal Po memulai kerjanya dengan menuliskan semua nomor telepon yang dia hafal saat ia melirik daftar telepon manajer pabrik.
Yoo Rae takjub dengan kemampuan mengingat Dal Po, dan merasa heran mengapa dia mengejar kasus ini padahal mereka memiliki cerita yang lebih baik untuk bersaing. Salah satu nomor telepon membuat Dal Po berhenti, dan dia bilang nomor itu tampak tidak asing. Dia mengambil teleponnya, dan menemukan bahwa itu nomor ‘Bumper’, truk yang telah dia dibayar untuk perbaikan. Dia mencoba menghubungi nomor tersebut, dan kali ini Hyung yang menjawab.
Dal Po pergi ke alun-alun kota yang ramai untuk bertemu Hyung, dan menelepon Hyun Kyu untuk laporan. Hyun Kyu menyebut Dal Po bersikap seperti detektif bukan melakukan pekerjaannya sebagai wartawan. Pada saat yang sama, telepon manajer pabrik ternyata menyala di lokasi yang sama di mana Hyung seharusnya bertemu Dal Po, dan Chan Soo memanggil tim polisi untuk mencoba dan melacak tersangka mereka.
Hyun Kyu marah-marah atas ketidaktaatan terang-terangan Dal Po, tapi Gyo Dong meresponnya dengan santai, mengatakan bahwa wartawan harus menyelidiki kasus. Gyo Dong terkekeh pada dirinya sendiri dan bergumam bahwa Dal Po berbeda, teringat kembali pada pembicaraan mereka sebelumnya.
Kita flash back, ketika Dal Po bertanya apakah Gyo Dong bisa menangani pekerjaan menjadi wartawan. Gyo Dong bilang terlalu dini bagi Dal Po untuk menanyakan itu. Karena Dal Po akan mendengarkan dan melaporkan banyak kasus di masa yang akan datang, yang akan jauh lebih kompleks dan lebih berat dari berita kematian klub kesehatan.
Dal Po dan Hyung mematikan telepon dan saling melambai ketika jarak mereka sudah dekat. Tapi ketika Dal Po melihat wajah Hyung, dia berhenti di tengah jalan. Dia agaknya melihat wajah kakaknya, dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi ketika Hyung datang lebih dekat dan lebih dekat. Atau… dia merasa ada yang salah karena saat itu yang menerima uang perbaikan bumber adalah manajer Hyung?
Hyung datang dengan senyum dan mengatakan ia benar-benar tidak membutuhkan uang untuk bumper, dan kemudian ingat bahwa ia belum memperkenalkan diri. Dia menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan “Aku Ki Jae Myung”
Gyo-dong menjawab Dal-po, “ketika kau tidak berani membuat pilihan atau keputusan. Kasus yang tak terbayangkan seperti itu. Sebuah kasus menakutkan dimana laporan itu berarti hidup atau matinya seseorang. Ketika kau bertemu kasus seperti itu, tanyakan kepadaku lagi, ‘dapatkah aku mengatasinya?'”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar