Kita kembali ke tempat tes pembacaan berita dimana Bum Jo masih saja melihat ke arah In Ha. Tak suka akan hal itu, Dal Po langsung maju dan menutupi padangan Bum Jo ke In Ha. Dal Po kemudian melihat Bum Jo dan berkata kalau dia seharusnya membersihkan hidungnya karena pengujian kamera akan segera dimulai. Bum Jo pun melakukan apa yang Dal Po katakan dan berterima kasih karena sudah diberitahu.
Sang reporter memberi pengarahan pada semua peserta kalau tes kameranya akan segera dimulai. Dia menyuruh semua kandidat berdiri pada urutannya masing-masing. Setelah mereka semua siap, juri pun masuk ke dalam ruangan. Salah satu juri yang ikut menilai adalah Hwang Gyo Dong. Salah satu juri bergumam kalau Gyo Dong seharusnya mencukur jenggotnya sebelum ikut menjadi juri. Juri satunya menambahkan kalau Gyo Dong sudah mau mengenakan jas saja, sudah sangat bagus. Hahahah... dari pembicaraan itu bisa ditebak kalau Gyo Dong adalah orang cuek dalam penampilan.
Saat melihat Gyo Dong, Dal Po langsung membelalakan matanya. Karena sebelumnya dia pernah berkata pada Gyo Dong kalau dia lebih baik mati daripada harus kembali tampil di TV.
“Aaargh, aku bisa gila. Kenapa dari semua orang harus dia.” Gumam Dal Po sambil menyembunyikan wajahnya.
Direktur Lee Young Tak memperkenalkan dirinya sebagai Direktur Berita dari YGN. Dia mengatakan kalau setiap peserta diminta memperhatikan video pendek pada monitor setelah itu mereka harus melaporkannya secara singkat. Dan berita yang akan disampai oleh setiap peserta sama.
Mendengar itu si kameramen (Jae Hwan) berkata pada si reporter (Hyun Kyu ) kalau hal itu tidaklah adil bagi peserta pertama, karena akan menjadi kesempatan bagi peserta berikutnya untuk lebih menyempurnakan penyampaian berita mereka.
“Kau pikir begitu? Aku cenderung tidak setuju. Aku tidak berpikir itu tak adil.” Jawab Hyun Kyu.
“benarkah?” ucap Jae Wan yang masih tak mengerti.
Gyo Dong kemudian mengatakan kalau mereka akan memulai tes kameranya dengan peserta awal nomor 19. Dia berkata sambil matanya mengarah ke Dal Po dan Gyo Dong sempat berhenti sejenak saat mengetahui peserta nomor 19 adalah Dal Po. Sepertinya, Gyo Dong masih ingat dengan Dal Po, orang yang menolak tampil di TV karena sangat membenci TV. Namun Gyo Dong tidak mempermasalahkannya, dia tetap menyuruh Dal Po memulai tesnya.
Dal Po memperhatikan video yang ditampilkan dilayar dan kemudian menyampaikan berita berdasarkan kata2nya sendiri, “Seekor kusing dan burung terlihat berkelahi di jalan masuk kediaman pribadi. Burung terbang ke udara untuk menyerang kucing. Kucing menggerakkan tubuhnya seakan dikejutkan oleh serangan, burung itu tanpa henti dan terus menyerang kucing. Tapi kucing itu menunggu kesempatan untuk melumpuhkan burung dalam sekejap mata. Perkelahian selama 30 detik antara kucing dan burung berakhir denngan kemenangan kucing.” Dal Po merasa tidak puas pada apa yang dia lakukan.
Jae Wan yang melihat cara pembacaan berita Dal Po berkomentar kalau Dal Po terlihat sangat kaku karena Dal Po hanya menjelaskan semua yang terjadi di layar. Lagi2 Hyun Kyu berbeda pendapat dengan Jae Wan, dia berkata kalau dia tidak setuju dengan pendapat Jae Wan.
Peserta berikutnya nomor 103 yang bernama Yoo Rae, setelah dia memperkenalkan diri diapun langsung memulai penyampaian beritanya.
“Seekor burung terbang dan mulai serangannya terhadp kucing. Burung itu terus melakukan serangan pada kucing dan kucing yang tenang hanya menahan serangan lanjutan dari burung. Tapi kucing itu tidak bisa lagi menahannya dan balik menyerang burung dan burung menjadi mangsa untuk kucing pada akhirnya. Akhir dari burung itu menggambarkan dari idiom lama dari makhluk bodoh.” Ucap Yoo Rae dan mengakhiri pembacaan beritanya. Gyo Dong dan Young Tak terlihat puas pada penyampaian Yoo Rae dan merekapun memberi penilaian.
Lagi2 Jae Wan berkomentar dan mengatakan kalau penyampaian Yoo Rae tidak buruk, “Dia memiliki suara yang bagus, dan aku menyukai apa yang dia katakan tentang idiom.”
“menurutmu begitu? Aku tidak setuju.” Jawab Hyun Kyu tanpa ekspresi.
Peserta berikutnya adalah nomor 211, tanpa basa basi dia pun langsung menyampaian beritanya, “Seekor burung sedang terlihat menyerang kucing. Alasan burung mempertaruhkan hidupnya menyerang kucing adalah karena sarangnya yang penuh dengan bayi berada di dekat kucing. Pada akhirnya ibu burung putus asa mencoba untuk menyelamatkan nyawa bayinya yang berakhir dengan dia menjadi makanan untuk kucing yang mematikan. Itu saja.” Ucap peserta nomoe 211 dan merasa puas pada penyampaiannya.
‘Sarang... aku bahkan tidak pernah memikirkan itu. tidak buruk sama sekali.” Komen Jae Wan setelah mendengar penyampaian berita dari peserta nomor 211.
“Menurutmu begitu? Aku tidak setuju.” Jawab Hyun Kyu yang tak pernah mengubah kata2nya pada setiap komentar Jae Wan.
“Yah! Aku setuju. Calon 444 baru saja mendapat jackpot. Peserta no 221 baru saja memberinya jawaban,jadi dia bisa mendapat tumpangan gratis.”
“Menurutmu begitu?kita lihat saja apakah ia mengambilnya atau tidak.” Jawab Hyun Kyu yang selalu menentang pendapat Jae Wan.
Sudah giliran In Ha tapi dia malah terdiam dan bingung. Dal Po dan Bum Jo melihat kearahnya khawatir. Saat memperhatikan wajah In ha, lagi2 Bum Jo bersin lagi dengan kencang dan itu mengagetkan semua orang yang hadir. Namun dengan suara bersin dari Bum Jo, In Ha jadi terbangun dari lamunannya dan diapun segera memperkenalkan diri dan mulai menyampaikan beritanya.
“Di rumah pribadi di siang hari bolong, burung terbang untuk menyerang kucing. Kucing menggerakkan tubuhnya seakan dikejutkan oleh serangan, kucing tidak bisa lagi menahan serangan dan melompat ke udara untuk melumpuhkan burung dalam sekejap.” Ucap In Ha mengakhiri penyampaian beritanya, dan sepertinya dia tidak merasa puas dengan apa yang sudah dia lakukan.
“Apa yang dia lakukan? Dia tidak mengambilnya?” ucap Jae Wan.
“Siapa yang tahu? Mungkin menurut dia bukan itu jawabannya.” Jawab Hyun Kyu tersenyum.
Melihat wajah In Ha yang cemas, Gyo Dong pun bertanya, “mengapa wajahmu seperti itu?”
In Ha menjawab karena dia merasa seolah2 kalau dia baru saja gagal dalam ujiannya. Gyo Dong lalu bertanya kenapa In Ha berpikir seperti itu?
“Karena aku percaya kalau calon 211 memberikan laporan yang baik.” Jawab In Ha dan Gyo Dong bertanya kenapa In Ha tidak melanjutkan saja cerita dari peserta nomor 211. In Ha menjawab kalau dia ingin melakukannya, tapi dia tidak bisa.
“Mengapa tidak bisa?” tanya juri yang saya tidak tahu namanya.
“Ini karena aku tidak bisa berbohong.” Jawab In Ha hingga membuat Dal Po dan Bum Jo terkejut, mereka berdua takut In Ha akan mengakui kalau dia mengidap sindrom pinokio.
“Kenapa kau tidak bisa berbohong?” tanya juri itu lagi.
“Itu karena aku.....” belum sempat In Ha menyudahi kata2nya, Dal Po dan Bum Jo kompak berkata, “Seorang reporter.”
Mendengar kekompakan Dal Po dan Bum Jo, membuat peserta yang lain melihat ke arah mereka secara bergantian.
“Aku percaya kalau reporter tidak seharusnya berbohong atau memberikan laporan palsu.” Tambah Dal Po dan Gyu Dong langsung menyela dan bertanya apa Dal Po menganggap kalau peserta nomor 211 sudah berbohong. Dengan tegas dan tanpa ragu2, Dal Po menjawab iya. Dal Po menjelaskan kalau rekaman yang mereka lihat tadi, tidak cukup membuktikan apakah kucing benar2 tenang dan jika burung benar2 menyerang kucing tanpa penyebab yang jelas, tanpa terlebih dahulu meyakinkan keberadaan sarang burung terdekat. Tidak dapat diketahui apakah burung itu hanya mencoba untuk melindungi bayi atau tidak. Kita melihat Yoo Rae tidak sendang pada apa yang Dal Po katakan, sampai2 dia mecibirkan bibirnya.
In Ha lalu menambahkan kalau dia percaya peserta 211 memiliki kemungkinan penyebab berlaku meyakinkan laporan yang dia berikan. Tapi In Ha mengaku kalau reporter tidak boleh melaporkan apapun yang belum terbukti.
“Bahkan jika itu berarti menggagalkan siaran untuk stasiunTV?” tanya Young Tak dan In Ha dengan ragu menjawab iya.
Peserta selanjutnya Bum Jo, namun dia malah berkata kalau dia tidak akan melakukan laporan. “seperti yang dinyatakan oleh calon 444, aku tidak percaya setiap spekulasi atau kesimpulan dapat dibuat dari apa yang kau tampilkan pada layar. Karena kurangnya bukti, aku tidak akan membuat laporan. Seperti calon 444, aku sendiri percaya bahwa siaran gagal lebih baik daripada memberikan laporan palsu.” Ucap Bum Jo dengan yakin dan dia berhasil membuat semua orang terkejut dengan kata-katanya.
“Dia orang gila.” Ucap Jae Wan dan menyenggol Hyun Kyu.
“Menurutmu begitu? Aku...”
“Aku tahu! Kau tidak setuju.” Potong Jae Wan dengan kesal karena Hyun Kyu memang tak pernah setuju dengannya.
“Tidak, aku akan bilang setuju. Dia adalah orang paling gila yang pernah kulihat.” Jawab Hyun Kyu.
“Terserah.”
Ketiga juri mulai berdiskusi tentang hasil tes kamera. Young Tak bergumam kalau mereka memiliki calon yang unik-unik, namun mereka tak bisa menyalahkan para calon karena mereka memang mengadakan pengujian buta. Juri yang tak tahu namanya siapa berkata kalau dari salah satu calon, ada yang berpropesi sebagai sopir taksi, Gyo Dong menambahkan kalau salah satu dari mereka juga ada seorang mantan penggemar mata2 dan ada juga yang merupakan seorang pewaris bangsawan.
“Seorang penggemar mata2? Mereka penggemar obsesif yang selalu mengintai selebriti?” tanya Young Tak dan bertanya lagi yang mana orangnya. Gyo Dong menjawab kalau dia tidak tahu karena semua ini pengujian buta. Young Tak lalu bergumam kalau mereka ingin tahu siapa ketiga orang itu, karena dia ingin mengeluarkannya. Young Tak lalu memutar kursinya untuk melihat kearah luar, dan matanya langsung terbelalak ketika melihat bayangan seseorang sedang berusaha mengintip mereka dan mendengar pembicaraan mereka. Dan akhirnya mereka tahu siapa kandidat yang merupakan penggemar mata2.
Juri yang tidak dikenal namanya berkata kalau dulu juga ada orang yang melakukan seperti apa yang Yoo Rae lakukan sekarang. Young Tak yang tak tahu hal itu pun langsung bertanya siapa? Sambil melihat ke arah Gyo Dong, si juri menjawab kalau orang itu duduk tepat disebelahnya.
“Aku yakin dia adalah seorang penggemar mata2 dulu.” Tambah si juri.
“Aku hanya obsesif tentang ingin menjadi reporter yang baik.” Jawab Gyo Dong dan diluar Yoo Rae terus berusaha mencuri dengar tentang apa yang juri diskusikan, namun apa yang dilakukannya hanya hal yang sia2 karena kaca itu sudah dibuat kedap suara.
Selagi Yoo Rae sibuk mencuri dengar, Dal Po dan In Ha sedang duduk jongkok di balik dinding. Keduanya galau karena kesempatan mereka diterima sangat kecil. In Ha bertanya apa yang akan mereka lakukan jika mereka gagal karena dirinya? Dal Po menjawab kalau semua itu bukanlah salah In Ha, dia tidak mempermasalahkan kalau mereka berdua harus gagal.
“Tidak, itu tidak benar. Salah satu dari kita harus lulus. Entah itu kau atau aku.” Ucap In Ha spontan dan kemudian menyadari keceplosannya berkata.
“Entah itu kau atau aku? Apa kau mengatakan kalau akan baik2 saja jika kau lulus tanpaku?”
“Ah, tidak.. masalahnya adalah... “ ucap In ha dan langsung hendak pergi namun Dal Po menghalanginya lalu bertanya apa yang sedang In Ha pikirkan. In Ha kebingungan dalam menjawab dan diahendak pergi melalu arah yang lain namun tangan Dal Po lebih cepat menghadangnya.
“Pasti benar.”
“Huh? Tidak.... aku akan senang jikakita berdua lulus. Tapi kalau itu tidak terjadi, maka aku hanya mengatakan satu orang lebih baik daripada tidak. “ jawab In Ha sambil menurunkan tubuhnya namun Dal Po juga ikut-ikutan menurunkan tangannya.
“Itu bukan yang aku pikirkan. Ini tidak berarti kecuali kita lulus bersama2. Jika kau gagal, maka aku akan berhenti juga.” Ucap Dal Po dan In Ha tidak mau Dal Po melakukan itu. Dia ingin Dal Po tetap menjadi reporter jika dia lulus. Untuk sejenak mereka saling menatap, namun In Ha langsung mengalihkan perhantiannya dengan mengatakan kalau dia kepanasan.
Tepat di saat itu Bum Jo muncul dan melihat In Ha dan Dal Po sedang jongkok bersama. Dengan keras Bum Jo berteriak kalau pengumumannya sudah keluar. Terlihat jelas kalau Bum Jo tidak senang pada kedekatan In HA dan Dal Po.
Semua peserta berlarian menuju papan pengumuman dan keempat tokoh utama kita lulus pada babak penyeleksian pertama. Dal Po langsung menelpo Gong Pil dan memberitahu kabar kalau dia dan In Ha lulus. Dal Po juga memberitahu ayahnya itu kalau tes selanjutnya adalah tes assesment.
Melihat Dal Pyeong yang sedang berdiri di depannya, Gong Pil pun memberitahunya kalau Dal Po dan In Ha lulus tes pertama. Sambil berjalan pergi, Gong Pil mengkapkan rasa senangnya kalau keponakan dan paman bisa bekerja di perusahaan yang sama.
“Bekerja di perusahaan yang sama?” ucap Dal Pyeong dan membayangkan In ha dan Dal po yang akan berangkat kerja bersama. Dal Po membuatkan In Ha roti bakar dan saat melihat dasi Dal Po tidak benar, In Ha pun membenarkannya. In Ha membenarkan dasi Dal Po sambil menahan roti pemberian Dal Po di mulutnya. Melihat In Ha seperti itu, Dal Po pun berkata kalau mengingat dasi adalah hal paling sulit yang harus dia lakukan. Sambil berkata demikian, Dal Po pun mendekatkan wajahnya pada In Ha dan ikut memakan roti milik In Ha.
Tentu saja melihat hal seperti itu Dal Pyeong langsung terpacing emosi dan langsung melempar bantal ke arah Dal Po dan In Ha. Dal Pyeong lupa kalau semua itu adalah bayangannya saja, sehingga bantal yang dia lempar mengenai kepala Gong Pil yang sedang mengikat sepatu di depan pintu. Wkkwkwkkw.... lucu dah scene ini.
Menyadari kalau bantal yang dia lempar mengenai ayahnya, Dal Pyeong langsung menghampirinya dan meminta maaf. Tentu saja gong Pil marah dan diapun membalas Dal Pyeong dengan memukulkan bantal ke wajahnya.
Sambil makan siang Jae Wan bertanya pada Hyun Kyu apa mereka tidak perlu merekam tes assesment? Hyun Kyu menjawab kalau hal itu bisa dianggap sebagai fitnah.
“Bagaimana bisa begitu?” tanya Jae Wan tak mengerti.
Kita dialihkan pada ruang tes assesment dan kita mendengar suara Hyun Kyu berkata, “Ini adalah penilaian kelangsung hidup, sehingga akan menjadi persaingan sengit. Lawan harus dihilangkan bagi mereka untuk bertahan hidup. Sehingga mereka harus melawan, dan melakukan apa yang mereka harus lakukan untuk mengalahkan satu sama lain.”
Dal Po duduk di depan In Ha dan di sampingnya ada Bum Jo. Dal Po tentu saja tidak senang melihat Bum Jo terus melihat ke arah In Ha dan tersenyum. Kita kembali pada Jae Wan yang berkata kalau tes kali ini akan membuat semua peserta kompetitif karena keputusan akan dilakukan setelah tes kali ini. Jae Wan lalu bertanya pada rekannya sesama kameramen, ‘Hei kau ingin makan apa?”
“Mengapa kau tidak bertanya padaku?” tanya Hyun Kyu kesal.
“Ingin makan bersama kami?” tanya Jae Wan.
“Aku tidak lapar, jadi aku tidak mau.” Jawab Hyun Kyu dan tentu saja hal itu membuat Jae Wan kesal sampai2 dia melempar biskuit pada Hyun Kyu, namun dengan sigap Hyun Kyu langsung menangkap biskuit itu dengan menggunakan mulutnya. Hyun Kyu pun mengucapkan terima kasih atas biskuit yang Jae wan lempar dan tentu saja melihat itu tambah membuat Jae Wan kesal.
Juri yang tak tahu namanya berkata kalau untuk topik bagian akhir dari pengujian, mereka akan memilih satu topik berita yang terjadi di masa lalu dan akan dijadikan tema diskusi terbuka bagi para peserta audisi. Dal Po dan In Ha saling memandang dan mengancungkan jempol mereka sebagai tanda penyemangat untuk satu sama lain.
Berita yang akan dijadikan tema mulai diputar dan betapa shocknya Dal Po saat melihat kalau berita yang dijadikan tema adalah berita tentang meledaknya sebuah pabrik dan ayah Dal Po yang disalahkan atas meninggalnya semua petugas pemadam kebakaran. Semua peserta yang lain sibuk mencatat tentang kejadian demi kejadian dalam berita, sedangkan Dal Po hanya melihat berita itu dengan tatapan sedih dan marah. Dal Po berusaha menenangkan dirinya, karena setelah melihat berita itu luka lama yang sudah susah payah dia pendam, kembali terbuka.
“Seperti yang kau lihat, ini adalah kasus yang sangat tragis. Meskipun 13 tahun telah berlalu, tragedi itu masih diingat sangat jelas bagi banyak orang. Seandainya kalian menjadi reporter untuk berita ini 13 tahun yang lalu. Aku ingin mendengar pikiran kalian tentang bagaimana kau mungkin telah menangani liputan berita.” Ucap Young Tak membuka diskusi.
“Aku ingin menanyakan sesuatu pertama. Apa yang terjadi dengan Tn Ki Ho Sang? Apakah dia masih dianggap hilang?” tanya Yoo Ra.
“Sisa-sisa kerangkanya ditemukan beberapa hari yang lalu.” Jawab Gyo Dong dan tentu saja Dal Po langsung shock mendengarnya.
Kerangka Ki Ho Sang sudah ditemukan? Apakah Jae Myung juga tahu? Ternyata dia juga sudah mengetahuinya. Karena pada saat ditemukan tulang belulang Ho Sang, Jae Myung ada di sana untuk membantu peledakan pabrik. Tentu saja Jae Myung shock dan langsung pergi dari tempat kejadian karena dia tidak bisa menahan emosinya, dia tidak bisa menahan tangisnya karena mengetahui ayahnya meninggal. Dalam tangisnya, Jae Myung teringat pada saat2 besama ayah dan Ha Myung dulu.
Berbeda dengan Jae Myung, Ha Myung yang sekarang sudah bernama Dal Po, tidak bisa meluapkan rasa sedihnya karena mengetahui ayahnya meninggal.
Diskusi dimulai dan Yoo Rae berpendapat kalau reporter pada saat itu sudah melakukan kesalahan, mereka tak punya alasan untuk menuduh Ki Ho Sang melakukan pembunuhan.
“Kesimpulan itu tidak dibuat oleh reporter tetapi oleh polisi dan para peneliti. Dan reporter tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan mereka.” jawab Bum Jo.
“Menerima keputusan begitu saja adalah sesuatu yang hanya dilakukan anak2 kecil. Seorang reporter yang benar harus menyelidiki lebih dalam untuk mengetahui kebenaran.” Ucap Yoo Ra masih pada pendiriannya.
“Aku percaya kalau reporter melakukannya sebanyak yang mereka bisa. Mereka memiliki seorang saksi mata, dan departemen...” tambah peserta yang lain, dimana mereka mendukung reporter.
Mendengar perdebatan itu, Dal Po terus menahan emosinya, dia kepanasan sampai2 melonggarkan dasinya. Dia teringat pada pertanyaan2 para reporter saat itu yang begitu menyudutkan keluarganya dan ayahnya, terutama pertanyaan dari Cha Ok.
Tepat disaat itu In Ha bersuara, “Kupikir fakta bahwa kesalahan dari saksi pinokio adalah penyebab kontribusi terbesar untuk tragedi ini. Masalahnya juga terletak pada reporter, polisi dan para peneliti yang hanya percaya pernyataan itu begitu saja. Namun mereka mungkin tidak punya pilihan lain selain mempercayai pernyataan itu. karena tida ada bukti lain yang lebih valid daripada yang dikatakan oleh seorang yang tak bisa berbohong. Meskipun kematian Tn Ki Ho Sang sangat disayangkan, serta bagaimana dia ditemukan. Aku percaya bahwa itu hanya kecelakaan yang tak disengaja dan tidak ada yang bisa disalahkan.”
Mendengar dan melihat In Ha berkata dan berpendapat, Dal Ho melihat dia seperti ibunya. Hingga membuatnya emosi dan berkata, “Kau mengatakan tidak ada.... yang bisa disalahkan untuk ini?” Dal Po melihat In hA dengan tatapan tajam dan itu membuat In Ha sedikit terkejut.
“Orang percaya kalau pinokio hanya mampu mengatakan yang sebenarnya bukan? Dan orang2 juga percaya kalau reporter hanya melaporkan kebenaran. Pinokio dan reporter sama..... harus mengetahui tentang ini. Fakta kalau orang tanpa syarat percaya apapun yang mereka katakan.... “ ucap Dal Po dengan nada tinggi pada In Ha. Mendengar teriakan Dal Po, tentu saja membuat orang melihat kearahnya.
“Seharusnya menyadari betapa mematikannya kata2 mereka bagi orang lain.” Tambah Dal Po dan memukul meja. “Mereka harus berhati2 dan lebih berhati2. Tidak mengetahui kalau ini adalah kesalahan mematikan yang dibuatnya!” teriak Dal po sambil menunjuk2 In Ha. “Sudut pandang yang tidak jelas.... benar2 menghancurkan keluarga yang penuh kasih. Dan orang2 harus membayar untuk apa yang mereka lakukan.” Ucap Dal Po pada yang lainnya.
In hA mengira Dal Po hanya sedang mendiskusikan masalah itu, tanpa menyadari kalau Dal Po sedang mengungkapkan rasa sakitnya, In Ha berkata, “Saksi pinokio hanya menyatakan apa yang sudah dilihatnya. Dia tidak bisa diam hanya karena dia munngkin salah tentang apa yang dia lihat.”
Masih menatap tajam pada In Ha, Dal Po berkata, “Melihat calon 444... aku sekarang menyadari alasan mengapa... seorang pinokio tidak bisa menjadi seorang reporter. “ mendengar ucapan Dal Po, semua orang jadi melihat ke arah In Ha. “Bahaya bagi seseorang yang tidak bisa mengakui ketika mereka salah untuk menjadi reporter hanya untuk membuat pernyataan dari asumsi yang tidak beralasan... bahaya berbicara sembarangan sementara menyadari pernyataan yang mereka ucapkan... aku melihat bahayanya sekarang.”
“Apa kata2 itu.... diarahkan padaku?” tanya In Ha yang mulai terbawa emosi.
“Ya.” Jawab Dal Po.
“Apa artinya ini? Apakah kau mengatakan calon 444 adalah pinokio?” tanya juri dan semua orang mengarah pada In Ha.
“Calon 444, apa kau seorang pinokio?” tanya Young Tak.
Dengan menahan air mata dan terus menatap ke arah Dal Po, In Ha menjawab iya. Jawaban itu langsungmembuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut. Yoo Ra pun berkata pelan kalau In Ha pasti akan dieliminasi karena dia adalah seorang pinokio.
In ha yang merasa sudah disakiti oleh Dal Po di depan umum, langsung memutuskan keluar ruangan. Namun sayang pintunya tidak mau terbuka. Salah satu juripun berkata pada In ha kalau dia harus duduk lagi di tempatnya karena penilaian belum selesai. Walaupun mendengar perintah untuk duduk, In Ha tidak perduli,dia tetap berusaha membuka pintu yang tak mau juga terbuka.
Melihat In Ha seperti itu, Bum Jo langsung berdiri dan berkata kalau dia mengundurkan diri dari kompetisi. Setelah mengatakan pengunduran dirinya, Bum Jo menghampiri In Ha dan membukakan pintu. Ternyata saking kesalnya, In Ha sampai salah membuka pintu, dia membuka pintu yang terkunci,jadi wajar saja tak terbuka2. Aku kira tadi pintunya memang sengaja dikunci karena mereka sedang melakukan tes, taunya.... In Ha yang salah buka pintu.
Dal Po memejamkan matanya dan menunduk, dia benar2 dalam keadaan kacau. Gyo Dong melihat kearahnya dan kemudian teringat pada saat Dal Po berkata kalau dia sangat benci dengan dunia TV yang mampu membunuh seseorang. Sepertinya Gyo Dong sudah menyadari kalau Dal Po adalah Ha Myung, anak dari Ki Ho Sang.
“mengapa? Apa kau terkesan padanya juga?” tanya Young Tak yang melihat Gyo Dong terus melihat kearah Dal Po.
“Daripada terkesan, kita sebut saja kalau kita sudah pernah berkenalan.” Jawab Gyo Dong namun Young Tak belum menyadari apa2 tentang siapa Dal Po sebenarnya.
In Ha terus berjalan keluar dengan emosi dan Bum Jo mengikutinya dari belakang. Saat berada di dalam lift, In Ha terus mengipas2kan tangannya, saking emosinya, In Ha jadi kepanasan. Bum Jo lalu bertanya In Ha mau ke lantai berapa? Bukannya menjawab, In Ha malah bertanya2 pada dirinya sendiri , “Apa yang salah denganku?”
Karena In ha tak menjawab, jadi Bum Jo pun memutuskan sendiri dengan memencet tombol lantai 1. Bum Jo pun bertanya apa In Ha marah karena peserta no 19 sudah menusuk In Ha dari belakang.
“Tidak,itu adalah diskusi terbuka, sehingga ia memiliki hak untuk menyatakan pendapatnya. Hanya karena pendapatnya berbeda dariku, tidak berarti itu menusukku dari belakang.” Jawab In Ha tanpa tahu alasan Dal Po memperlakukannya seperti itu.
“Lalu apa itu? karena dia menghancurkan tesmu?”
“Tidak, aku hanya... aku hanya ingin dia berada di pihakku.” Jawab In Ha.
“Dipihakmu?”
“Tidak, apa yang aku katakan? Tidak ada pihak dalam diskusi terbuka. Ini mengingat kalau pendapatnya mungkin berbeda dariku. Tapi aku masih ingin Dal Po berada di pihakku. Karena Dal Po... dia bukan sembarangan orang, tapi dia Dal Po, jadi aku hanya menduga... tidak itu tidak benar.” Ucap In Ha meralat. “Mengapa aku seperti orang yang mengerikan? Aku sangat kesal pada diriku sendiri!” tambah In ha dengan kesal.
“Kau pasti menyukai pria itu, Dal Po?”
“Tidak, tidak sama sekali.” Jawab In Ha dan cegukan. Menyadari dirinya cegukan, In Ha terkejut sendiri dan mengatai kalau dirinya pasti sudah gila. Dia terus berusaha meyakinkan Bum Jo kalau dia tak punya perasaan apa2 pada Dal Po, namun semakin In Ha berusaha menjelaskan, cegukannya selalu muncul.
Kita sekarang beralih pada Dal Po yang sedang mutah2 di toilet. Dia kemudian pergi ke atap gedung, saat sendirian, Dal Po langsung terjatuh lemas karena kabar bahwa ayahnya sudah meninggal.
“Ayah... ayah....” ucap Dal Po pelan dan menangis terisak-isak.
Kita kembali pada In ha yang bingung dengan perasaannya. Dia berkata pada Bum Jo kalau dia tidak mungkin suka pada Dal Po, karena selain Dal Po adalah pamannya, Dal Po juga sudah punya pacar. In Ha lalu memukul2 dadanya dan berkata kalau perasaannya itu tidak boleh dimilikinya. Namun setiap dia berusaha menyangkalnya, dia pun semakin cegukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar