Ayah menemukan dompet Dal Po di lantai dalam perjalanan keluar. Ia mengambil dompet itu dan bermaksud untuk memberikannya sebelum Dal Po pergi. Ayah membuka dompet itu dan ia menemukan gambar In Ha di dalamnya, yang membuat Ayah terdiam sesaat. Dan ketika ia ke bawah menuju tempat parkir, ia melihat Dal Po menatap In Ha saat ia berjalan pergi darinya.Dal Po berhenti di halte bus untuk memberikan In Ha tumpangan, dan In Ha melakukan penolakan sampai Dal Po menawarkan untuk tidak memungut ongkos darinya. In Ha duduk di kursi belakang seperti pelanggan karena dia masih kesal kepada Dal Po. Lalu Dal Po sedikit melunak dan bertanya apakah In Ha ingin membeli mimpinya. Dia mengatakan itu adalah mimpi yang baik di mana ia bertemu orang-orang yang ia rindukan ingin bertemu sejak lama, dan mungkin itu akan memberinya reuni bahagia dengan ibunya.
Dal Po menawarkan harga 10 ribu won tapi ditawar In Ha jadi 5000 won untuk membeli mimpinya. Dal Po kemudian melepaskan sebuah kancing bajunya sebagai tanda terima pembayaran. In Ha menyebutnya kekanakan, tapi dia langsung memasukkan kancing tersebut ke dalam kalungnya dan menjadikannya liontin. Ketika dia bertanya siapa orang-orang dalam mimpinya itu, Dal Po mengatakan ini adalah sesuatu yang In Ha tidak perlu tahu.
Reporter YGN, Gyo Dong main di ruang konferensi pers kantor polisi dan menemukan Princess alias Gong Ju (yang sibuk berulang kali memasukkan kombinasi istilah pencarian konyol seperti “reporter tampan Kim Gong Ju”), sementara Cha Ok tidak membuang-buang waktu. Dia baru saja kembali ke negara itu, dan sudah membaca berita malam itu.
Princess tidak ragu-ragu menyetujui sepenuh hati pendapat Gyo Dong, yang menyebut Cha Ok sebagai orang yang suka menarik perhatian. Princess menegaskan bahwa Cha Ok tidak hanya seorang reporter biasa tapi dia akan melakukan apapun demi mendapatkan rating tinggi, termasuk menipu pemirsa dengan melaporkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi atau membuat laporan palsu.
Dia menceritakan beberapa kelakuan Cha Ok. Pada kecelakaan bus dengan penumpang murid-murid TK sepuluh tahun yang lalu, Cha Ok melaporkan sambil memegang sepatu anak-anak dan menangis. Banyak penonton yang ikut menangis melihat laporannya. Padahal sepatu itu dia beli di toko.
Kejadian lain, saat terjadi banjir. Semua wartawan melaporkan air sebatas lutut tapi Cha Ok mendramatisir dengan melaporkan kedalaman air mencapai pinggang orang dewasa. Untuk memberi kesan nyata, dia melaporkan sambil jongkok sementara wartawan lain berdiri. Inilah yang membuat stasiun penyiaran MSC, tempat Princess bekerja, memiliki imej buruk. Para wartawan stasiun penyiaran saingan sedikit terkejut mendengar Princess yang menjelek-jelekkan bosnya, tapi Princess berpendapat bahwa dia seorang wartawan sehingga dia hanya berbicara kebenaran.
In-ha pergi ke salon kecantikan dan meminta penata rias (Stylist) untuk membuatnya tampak seperti ibunya, sambil menunjuk foto Ibu di koran. Stylist hanya memutar matanya pada In-ha dan mengatakan kepada asistennya untuk memberikan tampilan khusus wawancara penyiar.
Sebuah SMS membuat In Ha melompat dari kursinya, dan dia kembali membacanya untuk memastikan dia tidak sedang berkhayal: Ini adalah SMS dari Ibu, yang pertama dalam tiga belas tahun. Padahal isi SMS-nya hanya, “Fighting.”
Wajah In-ha bersinar, dan dia merasa seolah-olah itu adalah hadiah terbaik yang pernah dia terima. Stylist hanya berdiri bingung, karena In-ha mengatakan berulang-ulang, “Dapatkah Anda percaya?! Ibu saya mengirim sms!” Eeeh. In Ha oenni… orang akan sulit percaya kalau yang mengirim SMS itu Presiden, tapi ini ommonie.
Dia menghubungi Dal Po untuk menceritakan berita itu. Sebenarnya Dal Po ingin menentang kemungkinan bahwa itu benar-benar ibunya, tapi ia menahan dirinya. Dia hanya berkata secara tidak meyakinkan bahwa In Ha benar dan dia yakin dia akan mendapatkan pekerjaan hari ini. In Ha mencium kancing di lehernya dan mengatakan mimpi Dal Po membawa keberuntungan.
Dal-po bertanya pada pacarnya si navigator apakah In Ha terlalu lugu atau bodoh, dan Hye Sung Navi menjawab bahwa dia memasuki zona aman anak-anak. Dia mengangguk dan menganggap jawaban dia benar bahwa In Ha adalah seorang anak-anak. Dan kita baru tahu kalau ternyata ada penumpang di kursi belakang taksi Dal Po, seorang bule. Bule ini berbicara dengan temannya melalui telepon. Dia bicara sambil berbisik kalau sopir taksi yang dia tumpangi ini sepertinya gila dan bertanya apakah sebaiknya dia keluar saja. Ternyata pembicaraannya ini dapat didengar Dal Po. Dal Po pun merespon dalam bahasa Inggis dengan mengatakan dia tidak perlu turun. Setelah sampai tujuan, Bule turun dan membayar argo taksi masih dengan ekspresi takut.
Setelah itu Dal-po memperhatikan kakek di seberang jalan tampak bermasalah, dan berhenti untuk menanyakan apakah ia membutuhkan bantuan. Gerobak Kakek tidak sengaja terdorong ke arah truk, dan tidak tahu bagaimana menghubungi pemilik truk karena dia tidak memiliki ponsel. Dal Po dengan manis menawarkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membiarkan kakek pergi. Dal Po meninggalkan caatan berisi nomor telepon agar supir truk menghubunginya, karena dia mengambil alih tanggung jawab kesalahan si Kakek.
Dia melintasi jalan dan mengangkat telepon dari Ayah (ha, nomor ayah disimpan dengan nama yang sangat berlawanan “dongseng-nim” Dongseng = sebutan untuk sodara lebih muda. Nim = tambahan untuk memanggil seseorang yang lebih tua atau lebih senior). Tentu saja Ayah menelpon karena Dal Po menjatuhkan dompetnya di rumah. Sementara itu, sopir truk kembali ke truknya, dan omo, itu Hyung! Omo. Berbalik, Dal Po! Baliiiik!
Hyung membaca catatan dan memeriksa penyok di bumper truknya. Hyung pikir kerusakannya cukup kecil untuk membuat keributan atau komplain. Dal Po terlalu terganggu oleh pikiran bahwa Ayah mungkin telah membuka dompetnya, dan bergegas pergi tanpa pernah berbalik untuk melihat Hyung. Sigh…
Ayah duduk di kantor real estate-nya mengamati foto In Ha, dan berpikir kembali ke malam hujan di pulau ketika anak-anak kembali ke rumah mengenakan kerucut lalu lintas sebagai topi. Ayah membuka pintu dan melihat cara Dal Po memandang In Ha, saat Dal Po memainkan handuk untuk mengeringkan rambut In Ha. Kita semua tahu bahwa itu bukan tatapan biasa.
Dia ingat saat itu ia mengatakan kepada In Ha bahwa Ayah dan Kakek hanya mampu mengirim salah satu dari mereka ke perguruan tinggi. In Ha mengatakan bahwa jika masalah akademik, maka Dal Po yang harus melakukannya. Tapi kemudian Dal Po bergabung dengan mereka dengan mengatakan bahwa dia akan ikut wajib militer. Walapun kita bisa lihat kesedihan di wajah Dal Po. Secara otomatis, In-ha yang akan berangkat ke perguruan tinggi.
Kembali ke masa sekarang, Dal-po tiba untuk mengambil dompetnya, dan Dad memegangi foto In Ha untuk bertanya langsung mengapa foto ini ada di sana. Dal Po membuat alasan bahwa In Ha pernah lupa membawa foto untuk surat lamaran kerjanya. Jadi dia mengantarkan foto kepada In Ha dan itu adalah foto sisanya. Dal Po meminta Ayah untuk tidak salah paham. Ayah jelas tidak yakin, dan mengatakan ia akan mengambil kembali foto itu karena pacar baru Dal-po mungkin akan melihatnya dan memiliki penilaian yang salah. Dal Po terpaksa mengiyakan. Padahal pacarnya saat ini tidak akan pernah melihat foto itu. Karena dia adalah navigator alias GPS taksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar